KOMPAS.com - Vertigo rupanya dapat menjadi tanda
atau gejala dari suatu penyakit tertentu seperti stroke dan tumor.
Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan, sekitar 10 persen pasien stroke
mengaku mengalami gejala awal pusing berputar (vertigo).
Demikian disampaikan spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) M. Kurniawan saat acara Seminar Vertigo "Re-Balance Your Life" di RS Asri, Jakarta, Rabu (26/10/2011).
"Vertigo penyebabnya macam-macam, salah satunya gangguan di sentral (otak kecil). Kalau gangguan di otak, paling banyak karena penyumbatan pembuluh darah di otak, yang disebabkan stroke," katanya.
Menurut Kurniawan, keluhan vertigo akibat gangguan pada bagian sentral (stroke dan tumor) kasusnya tidak banyak dan hanya 20 persen saja. Pasalnya, sebagian besar keluhan vertigo lebih dibanyak dipicu karena adanya gangguan pada perifer (vertigo posisi).
"Vertigo itu gejala. Jadi kalau kita ingin menegakkan diagnosis kita harus lihat dua hal. Pertama gejala yang dirasakan pasien (keluhan). Kedua, tanda-tandanya lewat pemeriksaan fisik atau laboratorium," ucapnya.
Kurniawan memaparkan, ada 3 (tiga) cara skrining stroke yang paling mudah, yakni dengan melihat keluhan paling umum. Pertama pasien, kita minta untuk senyum. Kalau bibirnya mencong, kita curiga dia stroke. Kedua, dengan mengangkat tangan. Kalau tangan yang sebelah lebih tinggi dari yang satunya berarti dia stroke separuh badan. Ketiga, dengan melihat gangguan bicara. Jika di ajak bicara tidak nyambung, atau diajak ngomong nyambung tapi bicaranya cadel (padahal sebelumnya tidak cadel).
"Di luar 3 gejala itu, bisa jadi gejala awalnya justru vertigo. Meski sebagian besar gangguannya lumpuh sebelah badan, mulut mencong dan bicara cadel, Tetapi bisa saja stroke datang dengan gejala vertigo, " jelasnya.
Menurut Kurniawan, risiko seseorang mengalami gejala vertigo biasanya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan, sejumlah penelitian menunjukkan, angka kejadian vertigo diatas usia 40 tahun mencapai 40 persen. Sementara pada anak-anak dan remaja, vertigo lebih disebabkan karena traumatik (benturan) baik itu ringan atau berat.
Demikian disampaikan spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) M. Kurniawan saat acara Seminar Vertigo "Re-Balance Your Life" di RS Asri, Jakarta, Rabu (26/10/2011).
"Vertigo penyebabnya macam-macam, salah satunya gangguan di sentral (otak kecil). Kalau gangguan di otak, paling banyak karena penyumbatan pembuluh darah di otak, yang disebabkan stroke," katanya.
Menurut Kurniawan, keluhan vertigo akibat gangguan pada bagian sentral (stroke dan tumor) kasusnya tidak banyak dan hanya 20 persen saja. Pasalnya, sebagian besar keluhan vertigo lebih dibanyak dipicu karena adanya gangguan pada perifer (vertigo posisi).
"Vertigo itu gejala. Jadi kalau kita ingin menegakkan diagnosis kita harus lihat dua hal. Pertama gejala yang dirasakan pasien (keluhan). Kedua, tanda-tandanya lewat pemeriksaan fisik atau laboratorium," ucapnya.
Kurniawan memaparkan, ada 3 (tiga) cara skrining stroke yang paling mudah, yakni dengan melihat keluhan paling umum. Pertama pasien, kita minta untuk senyum. Kalau bibirnya mencong, kita curiga dia stroke. Kedua, dengan mengangkat tangan. Kalau tangan yang sebelah lebih tinggi dari yang satunya berarti dia stroke separuh badan. Ketiga, dengan melihat gangguan bicara. Jika di ajak bicara tidak nyambung, atau diajak ngomong nyambung tapi bicaranya cadel (padahal sebelumnya tidak cadel).
"Di luar 3 gejala itu, bisa jadi gejala awalnya justru vertigo. Meski sebagian besar gangguannya lumpuh sebelah badan, mulut mencong dan bicara cadel, Tetapi bisa saja stroke datang dengan gejala vertigo, " jelasnya.
Menurut Kurniawan, risiko seseorang mengalami gejala vertigo biasanya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan, sejumlah penelitian menunjukkan, angka kejadian vertigo diatas usia 40 tahun mencapai 40 persen. Sementara pada anak-anak dan remaja, vertigo lebih disebabkan karena traumatik (benturan) baik itu ringan atau berat.