Betapa banyaknya umat muslim yang berpaling dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan kemudian menggantinya dengan kebiasaan orang-orang kafir. Lihatlah
bagaimana kebiasaan mereka dalam berpakaian, berkata, tata cara makan,
dan pola pikir yang sangat jauh dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam namun mirip kebiasaan orang-orang kafir.
Pembaca yang budiman, tidakkah kita pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongan kaum tersebut.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Maka kita semestinya bersemangat dalam melakukan kebaikan dan menghidupkan serta menyuburkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saudariku seakidah, menebar salam antar umat muslim adalah salah satu sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hendaknya setiap diri menumbuhkan kebiasaan yag mulia ini pada diri sendiri dan lingkungannya.
Dalam Shahih Muslim (54) disebutkan: Dari Abu Hurairah
radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan
tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu
bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.”
Di dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan diantara syarat masuk surga adalah keimanan kemudian
menggantungkan keimanan dengan saling cinta-mencintai sesama muslim,
dan itu semua tidak akan terwujud kecuali dengan salah satu caranya,
yaitu menebarkan salam antara sesama muslim.
Definisi Salam
Ulama berbeda pendapat akan makna salam dalam kaliamat ‘Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu’. Berkata sebagian ulama bahwasanya salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah sehingga kalimat ‘Assalaamu ‘alaik’
berarti Allah bersamamu atau dengan kata lain engkau dalam penjagaan
Allah. Sebagian lagi berpendapat bahwa makna salam adalah keselamatan
sehingga maknanya ‘Keselamatan selalu menyertaimu’. Yang benar, keduanya adalah benar sehingga maknanya semoga Allah bersamamu sehingga keselamatan selalu menyertaimu.
Wajibnya Menjawab Salam
Saudariku seiman, jika ada yang mengucapkan salam kepada kita sedang
kita dalam kondisi sendiri, maka kita wajib menjawabnya karena menjawab
salam dalam kondisi tersebut hukumnya adalah fardu ‘ain. Sedang jika
salam diucapkan pada suatu rombongan atau kelompok, maka hukum
menjawabnya adalah fardu kifayah. Jika salah satu dari kelompok
tersebut telah menjawab salam yang diucapkan kepada mereka, maka sudah
cukup. Sedang hukum memulai salam adalah sunnah (dianjurkan) namun
untuk kelompok hukumnya sunnah kifayah, jika sudah ada yang mengucapkan
maka sudah cukup.
Dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Adab Mengucapkan Salam
1. Mengucapkannya Dengan Sempurna
Pembaca, semoga Allah merahmatiku dan merahmati kalian semua, sangat
dianjurkan bagi kita untuk mengucapkan salam dengan sempurna, yaitu
dengan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.”
Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Imran bin Hushain radiallau ‘anhu, ia berkata: “Seorang
laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengucapkan , ‘Assalaamu’alaikum’. Maka dijawab oleh Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam kemudian ia duduk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Sepuluh’. Kemudian datang lagi orang yang kedua, memberi
salam, ‘Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaah.’ Setelah dijawab oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ia pun duduk, Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Dua puluh’. Kemudian datang orang ketiga dan
mengucapkan salam: ‘Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh’.
Maka dijawab oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian ia pun
duduk dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tiga puluh’.” (Hadits Riwayat Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 986, Abu Dawud no. 5195, dan At-Tirmidzi no. 2689 dan beliau meng-hasankannya).
2. Memulai Salam Terlebih Dahulu
Saudariku di jalan Allah, memulai mengucapkan salam kepada orang
lain adalah sangat dianjurkan. Hendaknya yang lebih muda mengucapkan
salam kepada yang lebih tua, yang lewat memberi salam kepada yang
sedang duduk, dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang banyak,
serta yang berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan. Hal
tersebut sejalan dengan hadist dari Abu Hurairah. Pengucapan salam yang
berkendaraan kepada yang berjalan adalah sebagai bentuk syukur dan
salah satu keutamaannya adalah agar menghilangkan kesombongan.
Dalam hadits tersebut, bukan berarti bahwa apabila orang-orang yang
diutamakan untuk memulai salam tidak melakukannya, kemudian gugurlah
ucapan salam atas orang yang lebih kecil, atau yang tidak berkendaraan,
dan semisalnya. Akan tetapi Islam tetap menganjurkan kaum muslimin
mengucapkan salam kepada yang lainnya walaupun orang yang lebih dewasa
kepada yang lebih muda atau pejalan kaki kepada orang yang
berkendaraan, sebagaiman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Yang lebih baik dari keduanya adalah yang memulai salam.” (HR. Bukhori: 6065, Muslim: 2559)
Salah satu upaya menyebarkan salam diantar kaum muslimin adalah
mengucapkan salam kepada setiap muslim, walaupun kita tidak
mengenalnya.
Hal ini didasari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dari
‘Abdullah bin Amr bin Ash radiallahu ‘anhuma, ada seorang laki-laki
bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Islam bagaimana
yang bagus?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Engkau
memberi makan ( kepada orang yang membutuhkan), mengucapkan salam
kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.” (HR. Bukhori: 2636, Muslim: 39)
3. Mengulangi Salam Tatkala Berjumpa Lagi Walaupun Berselang Sesaat
Bagi seseorang yang telah mengucapkan salam kepada saudaranya,
kemudian berpisah, lalu bertemu lagi walaupun perpisahan itu hanya
sesaat, maka dianjurkan mengulang salamnya. Bahkan seandainya terpisah
oleh suatu pohon lalu berjumpa lagi, maka dianjurkan mengucapkan salam,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka
hendaklah mengucapkan salam kepadanya. Apabila terhalang oleh pohon,
dinding, atau batu (besar), kemudian dia berjumpa lagi, maka hendaklah
dia mengucapkan salam (lagi).” (HR. Abu Dawud: 4200, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Misykat al-Mashobih: 4650, dan lihat Silsilah Shohihah: 186)
4. Tidak Mengganggu Orang yang Tidur Dengan Salamnya
Dari Miqdad bin Aswad radiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Kami
mengangkat jatah minuman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
(karena beliau belum datang), kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wa
sallam datang di malam hari, maka beliau mengucapkan salam dengan
ucapan yang tidak sampai mengganggu/ membangunkan orang tidur dan dapat
didengar orang yang tidak tidur, kemudian beliau masuk masjid dan
sholat lalu datang (kepada kami) lalu beliau minum (minuman kami).” (HR. Timidzi: 2719 dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Adab Az-Zifaf hal. 167-196 cet. terbaru)
5. Tidak Memulai Ucapan Salam Kepada Orang Yahudi dan Nasrani
Dari Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah
kalian mengucapkan salam lebih dahulu kepada Yahudi dan Nashrani, dan
bila kalian bertemu mereka pada suatu jalan maka desaklah mereka ke
sisi jalan yang sempit.”
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mulia dan
unggul dari yang lainnya. Jika mereka mengucapkan salam kepada kita,
maka balaslah salamnya dengan ucapan ‘Wa ‘alaikum’.
6. Berusaha Membalas Salam Dengan yang Lebih Baik atau Semisalnya
Maksudnya, tidak layak kita membalas salam orang lain dengan salam yang lebih sedikit. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya:
“Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (QS. An-Nisa’: 86)
Kebiasaan Para Sahabat Berjabat Tangan
Adalah kebiasaan para sahabat jika mereka berjumpa maka saling
berjabat tangan antar satu dengan yang lain. Maka apabila kita bertemu
dengan seorang teman, cukupkanlah dengan berjabat tangan disertai
dengan ucapan salam (Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baraakaatuh)
tanpa berpelukan kecuali ketika menyambut kedatangannya dari
bepergian, karena memeluknya pada saat tersebut sangat dianjurkan. Hal
ini berdasarkan hadits Anas bin Malik radiallahu ‘anhu, ia berkata:
“Apabila sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
saling berjumpa, maka mereka saling berjabat tangan dan apabila mereka
datang dari bepergian, mereka saling berpelukan.” (HR. At-Tabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 97 dan Imam Al-Haitsami berkata dalam kitab Majma’uz Zawaa’id VIII/ 36, “Para perawinya adalah para perawi tsiqah.”)
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/ucapkanlah-salam-jawablah-salam.html