Bergelut dengan ilmu, bukan hal yang asing bagi Abu Da'ud Sulayman bin
Hassan, yang akrab dipanggil Ibnu Juljul. Sejak usia dini, ia telah
akrab dengan beragam bacaan dan ilmu pengetahuan. Hingga kemudian, ia
dikenal di bidang medis dan pengobatan herbal.
Bahkan,
karya-karya Ibnu Juljul dalam pengobatan herbal, menjadi rujukan banyak
ilmuwan lainnya. Ia memang tak hanya mumpuni dalam praktik pengobatan
herbal. Namun, ia pun rajin menggerakkan penanya untuk menuangkan buah
pemikirannya. Ibnu Juljul, lahir di Kordoba, Spanyol, pada 994. Sejak
masa kanak-kanak, ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan telah tertanam
dalam dirinya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Saat berusia
10 tahun, ia telah belajar tata bahasa dan tradisi masyarakatnya.
Ketika usia Ibnu Juljul beranjak 15 tahun, ia mulai bersentuhan
dengan ilmu kedokteran. Padahal, pada masa sekarang, ilmu kedokteran
baru dipelajari secara mendalam di bangku kuliah. Tak heran, jika di
usianya yang masih belia, ia menguasai ilmu kedokteran.
Di sisi
lain, Ibnu Juljul juga terampil dalam pengobatan herbal. Dan rupanya, ia
memang sejak semula juga sangat tertarik dengan obat-obatan, terutama
yang berhubungan dengan herbal, obat alami yang banyak diekstrak dari
tumbuh-tumbuhan. Ia juga mendalami farmasi.
Kemahirannya di
bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana. Menurut situs
Muslimheritage, Ibnu Juljul pernah bekerja sebagai dokter pribadi
Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang khalifah yang berkuasa pada 977
hingga 1009.
Selain mempraktikkan keahlian medisnya, Ibnu Juljul
juga banyak menuliskan karya-karya di bidang medis. Tak hanya itu,
upaya mendalami ilmu pengobatan terus ia lakukan. Dalam hal ini, ia
banyak berbagi pandangan dan berlatih dengan Albucasis.
Albucasis
merupakan nama tenar Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Saat
itu, Albucasis adalah dokter bedah ternama di Kordoba. Ia menemukan
penyakit hemofilia, di mana penderitanya, jika luka darahnya akan terus
mengalir dan sulit membeku.
Dalam kariernya sebagai dokter,
Albucasis menulis buku yang sangat terkenal berjudul At-Tasrif liman
'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan). Ibnu Juljul dan Abulcasis tak
hanya berbagi pandangan, tetapi juga bersama-sama menuliskan
pemikirannya di bidang medis.
Mereka bersama-sama menulis saat
masa-masa terakhir kekhalifahan di Andalusia, Spanyol. Di sisi lain,
Ibnu Juljul juga menghasilkan karyanya sendiri. Sejarawan terkenal dari
Baghdad, Irak, Bin Abi Usaybi'a, menyatakan, Ibnu Juljul menulis buku
sejarah pengobatan. Buku itu berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama .
Buku tersebut telah beberapa kali diedit.
Ibnu Juljul mengawali
tulisan dalam bukunya itu dengan menguraikan tentang riwayat ayahnya
yang juga ahli obat-obatan. Pada bab-bab selanjutnya, ia menuliskan para
ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di
Andalusia.
Selain itu, Ibnu Juljul mengungkapkan soal hubungan
dan komunikasi yang terjalin antara kekhalifahan di Timur dan Andalusia.
Ia pun mengisahkan bagaimana banyaknya para mahasiswa menempuh
perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencari ilmu pengetahuan.
Ibnu
Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius
Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli botani.
Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh
wilayah Romawi dan Yunani.
Dia juga menulis lima jilid buku dalam
bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul De
Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis).
Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat
sebuah karya berjudul Maqalah .
Dalam karyanya itu, Ibnu Juljul
menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan,
termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Lalu, dia juga menuliskan efek
dari penggunaan tumbuh-tumbuhan itu bagi organ tubuh tertentu.
Tumbuh-tumbuhan
untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 jenis berasal dari India atau
yang perjalanannya melalui rute perdagangan India, dua dari Yaman, dua
dari Mesir, satu dari Ceylan, satu dari Khwarizm, dan dua dari kota yang
dekat dengan Kordoba. Dalam bukunya itu, Ibnu Juljul kadang-kadang
menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut
untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan
tumbuhan pada tubuh manusia.
Ibnu Juljul, juga membahas tentang
batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu
tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih.
Selain itu, dia juga pernah membahas soal Ribas. Mengutip pedagang
kepercayaannya, Ibnu Juljul mengungkapkan, Ribas merupakan sejenis
sayuran yang rasanya masam. Ribas bisa didapatkan di pegunungan yang
tertutup salju. Apa yang diungkapkan dalam bukunya sarat dengan
pengalaman dan pengetahuan Ibnu Juljul di bidang medis.
Banyak dipelajari
Karya
Ibnu Juljul tentang pengobatan herbal, dipelajari pula oleh banyak
ilmuwan lainnya. Di antara ilmuwan yang mempelajari karya Ibnu Juljul,
adalah ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Ia mengoleksi beragam jenis
tumbuhan dari Spanyol maupun Afrika. Selain itu, Al-Ghafiqi juga membuat
catatan yang menggambarkan secara rinci tentang jenis-jenis tumbuhan
yang dikoleksinya itu. Bahkan, seorang ahli sejarah dari Barat, George
Sarton, mengatakan, Al-Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada
masanya.
Sejumlah kalangan mengatakan, deskripsi tentang
tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya paling
membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Karya fenomenal
Al-Ghafiqi berjudul Al-Adwiyah al-Mufradah. Buku milik Al-Ghafiqi,
menginspirasi Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Al-Baitar atau Ibnu Baitar, untuk
meneliti tumbuh-tumbuhan. Ia juga dikenal sebagai salah satu ahli botani
sekaligus obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan.
Selain
terinsipirasi Al-Ghafiqi, Ibnu Baitar juga mengutip empat belas tulisan
tentang obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal, Al-Baitar
merupakan ahli botani yang hebat. Terbukti, ia mengoleksi dan mencatat
1.400 jenis tanaman obat.
Catatan dan koleksi tersebut, Ibnu
Baitar peroleh saat ia menjelajahi pesisir Mediteranian dari Spanyol ke
Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul
Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah. Dari banyaknya para ahli botani
dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul, menunjukkan bahwa karyanya di
bidang pengobatan herbal merupakan karya hebat dan teruji. Karya Ibnu
Juljul dianggap sebagai karya yang memiliki nilai tinggi.
Bahkan,
karya Ibnu Juljul tak hanya menjadi rujukan ilmuwan di wilayah
Andalusia, namun juga oleh ilmuwan luar negeri seperti Maroko.
Kontribusi Ibnu Juljul di dunia medis, sangat berharga bagi penggunaan
tanaman untuk obat, bahkan di dunia modern.
Dunia Islam dan Tumbuhan
Ajaran
agama untuk menggali ilmu pengetahuan telah mendorong Muslim untuk
mengenal banyak ilmu. Segala upaya mereka kerahkan untuk menekuni
sebuah, bahkan beragam ilmu. Termasuk, ilmu pengobatan yang menggunakan
tumbuhan.
Ketertarikan pada tumbuhan tak hanya melahirkan ahli
pengobatan herbal. Namun, juga melahirkan perkembangan menakjubkan di
bidang pertanian. Termasuk, teknik baru dalam mengembangkan tanaman,
bahkan pembangunan bendungan dan irigasi.
Dari berbagai
penelitian yang dilakukan ilmuwan Muslim soal tanaman ini, kemudian
lahirlah ilmu tentang pengobatan herbal. Dalam banyak literatur Islam di
abad pertengahan, kehidupan tumbuh-tumbuhan erat kaitannya dengan ilmu
kedokteran dan agronomi.
Sejak Al-Asma'i yang hidup pada 740
hingga 828, seorang ilmuwan terkenal pada masa kekhalifahan Harun
Al-Rasyid menuliskan Kitab al-Nabat wa-'l-Shajar, ilmuwan Muslim tak
lagi merasa ragu untuk menggunakan istilah botani.
Bahkan
kemudian, para filolog Muslim menggambarkan tanaman secara sistematis.
Beragam jenis tumbuhan digolongkan menurut jenisnya. Ada tanaman masuk
dalam golongan pohon, bunga, sayur-sayuran, dan semak-semak. Pohon juga
dibagi menurut kualitas yang dapat dimakan dari kulit dan biji
buah-buahan pohon tersebut.(rpb)
www.suaramedia.com