Tanaman karnivora melengkapi bagian tubuhnya dengan pendar cahaya biru
seperti lampu neon untuk memikat mangsa. Tim peneliti dari India
menemukan emisi neon biru dari bagian tanaman untuk menangkap mangsa
serangga saat diuji dalam cahaya ultraviolet.
Tanaman karnivora, seperti kantung semar, dikenal menarik mangsa serangga menggunakan nektar, warna dan bau. Namun cahaya biru yang memikat mangsa ini hanya terdapat di beberapa spesies saja. Hasil penelitian oleh para ilmuwan dari Jawaharlal Nehru Tropical Botanic Garden and Research Institute in Thiruvananthapuram, Kerala, India ini diterbitkan dalam jurnal Plant Biology. "Emisi biru tersebut sejauh ini tidak dikenal dalam perangkap mangsa karnivora," kata Dr Sabulal Baby.
Tim menemukan emisi biru tersebut disebabkan oleh mekanisme molekuler dalam perangkap mangsa dari tanaman Nepenthes, Sarracenia, juga Venus flytraps (Dionaea muscipula). Cahaya biru tersebut terungkap pada sisi dalam Venus flytrap ketika dipindai menggunakan sinar UV 366 nm. Biru neon ini muncul pada tutup, tabung pitcher interior dan peristome atau bagian pinggir mulut.
Kebanyakan serangga dan arthropoda lainnya dapat merasakan daerah UV dari spektrum elektromagnetik. Bagi mangsa potensial, cincin neon biru itu terpancar dari peristome tanaman yang menjadi landasan pendarata menarik. Cahaya dapat menarik kunjungan beberapa mamalia kecil seperti tikus, kelelawar maupun tikus pohon.
Untuk menguji signifikansi dari fluoresensi biru sebagai perangkat menarik mangsa, tim menutupi cincin biru pada tanaman Nepenthes khansia oleh lapisan ekstrak non-fluoresens. Ternyata, keberhasilan menangkap mangsa tanaman berkurang drastis selama 10 hari saat emisi biru ini disembunyikan. "Ini menunjukkan bahwa cahaya biru sebagai sinyal yang sangat signifikan untuk menarik mangsa," kata Dr Baby.
tempo.co
Tanaman karnivora, seperti kantung semar, dikenal menarik mangsa serangga menggunakan nektar, warna dan bau. Namun cahaya biru yang memikat mangsa ini hanya terdapat di beberapa spesies saja. Hasil penelitian oleh para ilmuwan dari Jawaharlal Nehru Tropical Botanic Garden and Research Institute in Thiruvananthapuram, Kerala, India ini diterbitkan dalam jurnal Plant Biology. "Emisi biru tersebut sejauh ini tidak dikenal dalam perangkap mangsa karnivora," kata Dr Sabulal Baby.
Tim menemukan emisi biru tersebut disebabkan oleh mekanisme molekuler dalam perangkap mangsa dari tanaman Nepenthes, Sarracenia, juga Venus flytraps (Dionaea muscipula). Cahaya biru tersebut terungkap pada sisi dalam Venus flytrap ketika dipindai menggunakan sinar UV 366 nm. Biru neon ini muncul pada tutup, tabung pitcher interior dan peristome atau bagian pinggir mulut.
Kebanyakan serangga dan arthropoda lainnya dapat merasakan daerah UV dari spektrum elektromagnetik. Bagi mangsa potensial, cincin neon biru itu terpancar dari peristome tanaman yang menjadi landasan pendarata menarik. Cahaya dapat menarik kunjungan beberapa mamalia kecil seperti tikus, kelelawar maupun tikus pohon.
Untuk menguji signifikansi dari fluoresensi biru sebagai perangkat menarik mangsa, tim menutupi cincin biru pada tanaman Nepenthes khansia oleh lapisan ekstrak non-fluoresens. Ternyata, keberhasilan menangkap mangsa tanaman berkurang drastis selama 10 hari saat emisi biru ini disembunyikan. "Ini menunjukkan bahwa cahaya biru sebagai sinyal yang sangat signifikan untuk menarik mangsa," kata Dr Baby.
tempo.co