Apakah kekasih atau suami Anda selalu memiliki rasa ingin tahu soal
aktivitas keseharian? Misalnya, ia selalu melontarkan banyak pertanyaan
secara detail, dari mana, pergi sama siapa, ngapain saja, jam berapa,
dan pertanyaan sejenis yang mengganggu telinga.Jika iya, boleh jadi pasangan Anda termasuk tipe yang posesif.“Posesif
adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk mengontrol atau
mendominasi sesuatu atau seseorang. Atau, sikap membatasi ruang gerak
seseorang, biasanya terhadap pasangan,” kata Psikolog dari Universitas
Islam Bandung, Ice Shofiyyatulloh.
Ciri-ciri orang posesif di
antaranya selalu memiliki rasa ingin tahu aktivitas pasangan, dan selalu
melontarkan banyak pertanyaan yang bisa membuat pasangan merasa
terinterogasi.
“Pasangan juga cenderung banyak mengatur,
membatasi ruang gerak Anda hingga tidak memiliki kebebasan bersikap,
bertindak, berkehendak dan berperilaku,” tambah Konsultan Psikolog di
Panti Rehabilitasi Narkoba Inabah II Putri Panjalu, Ciamis, Jawa Barat
itu.
Posesif juga ditandai dengan sikap cemburu amat tinggi.
Sehingga, tidak boleh ada orang lain dalam kehidupan pasangan, kecuali
dirinya.
Ice menuturkan, sikap posesif bisa muncul karena takut
kehilangan pasangan yang dicintainya. Bisa juga muncul karena rasa cinta
yang teramat besar hingga berkembang ke arah rasa ingin memiliki. “Rasa
ingin memiliki yang terlalu besar itulah yang berkembang menjadi
posesif,” ujarnya.
Potensi perilaku posesif biasanya muncul di
awal membina hubungan, baik pacaran atau pernikahan. Ini sebetulnya
sebagai bentuk rasa mencintai, tetapi reaksinya berlebihan karena takut
kehilangan.
“Orang bisa menjadi sangat posesif apabila dalam
dirinya memiliki rasa kurang percaya diri. Ia merasa takut dan khawatir
apa yang dimilikinya akan hilang dan menjadi milik orang lain,” jelas
Ice.
Sikap posesif, tambah dia, bisa juga terjadi akibat trauma
masa lalu. Misalnya, pernah mengalami kegagalan membangun hubungan,
sehingga ia cenderung membuat aturan sendiri ketika membina hubungan
baru.
Kesenjangan sosial, ekonomi, maupun fisik bisa juga
menyebabkan sikap posesif. Ambil contoh, memiliki pasangan yang
jabatannya lebih tinggi, gajinya lebih besar, atau secara fisik pasangan
jauh lebih sempurna dibandingkan dirinya.
“Orang posesif pasti
mengaku sangat mencintai pasangannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa posesif itu bentuk rasa cinta pada pasangan,” kata Ice. Hanya
saja, rasa cinta yang dimiliki telah membelenggunya pada ketidakbebasan.
Padahal
cinta dan kebebasan adalah dua hal yang harus saling melengkapi. Cinta
tanpa kebebasan justru membawa kesengsaraan. “Orang posesif telah
menciptakan belenggu untuk dirinya sendiri juga bagi orang lain. Cinta
demikian tak akan membawa kebahagiaan, dia juga tak merasa nyaman, damai
dan tentram,” katanya.
Tidak sedikit sikap posesif berujung pada hancurnya sebuah hubungan.
“Sebenarnya
hanya Tuhan yang berhak untuk memiliki hak posesif itu, di mana kita
mesti mengikuti aturan-aturan-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta wajib
menyembah-Nya. Bila tidak, maka kita akan mendapat ganjaran-Nya,” tandas
psikolog berbusana muslimah ini.
Bisakah mengubah pasangan agar tidak posesif?
Ice berpendapat, sikap itu masih bisa diatasi. Sikap posesif harus diturunkan perlahan-lahan hingga memasuki katagori ‘wajar’.
Berikut tips untuk mengatasi pasangan posesif seperti disarankan Ice.
1.
Bagaimana pun posesifnya pasangan, dia adalah pilihan kita. Maka
penting untuk mengajaknya menyadari bahwa dia memiliki sikap posesif,
tanpa harus mendakwa atau mengadilinya.
2. Buatlah dia sadar bahwa sikapnya telah membuat pasangan tidak nyaman, dan memintanya bertekat mengubah sikap.
3. Mengingatkan pasangan bila dia mengulang sikapnya.
4. Membangun komunikasi yang baik dan intensif didasari sebuah komitmen untuk saling percaya.
Lalu, bagi mereka yang menyadari sebagai orang posesif, berikut tipsnya untuk menanggulangi sikapnya:
-
Rasa cinta yang besar, perhatian yang besar, rasa ingin melindungi yang
tinggi dan selalu khawatir terhadap pasangan memang sangat baik.
Namun, bila itu dicurahkan secara berlebihan melewati batas kontrol,
efeknya buruk baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
- Coba
pikirkan, kira-kira aspek apa yang membuat diri kita merasa kurang
percaya diri, sehingga seringkali dihantui ketakutan. Mulailah untuk
meng-up grade diri dengan menambah kegiatan-kegiatan positif, membaca
buku-buku positif, dan bergaul dengan orang-orang positif baik di
lingkungan sosial maupun agama. Ini akan menambah wawasan dan akan
memagari kita untuk tetap berpikiran positif.
sumber:
http://id.she.yahoo.com/